Ikan betutu, ikan ekonomis penting dan komoditas ekspor. Foto : 21food.com
Di Indonesia, ikan betutu (Oxyeleotris marmorata Bleeker, 1852) adalah ikan asli Sumatera dan Kalimantan. Namun demikian, daerah sebarannya di Asia Tenggara meliputi Thailand, Vietnam, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Filipina, dan Indonesia : Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Jawa. Telah diiintroduksi ke beberapa Negara seperti Singapura, Taiwan, Cina, dan Fiji.
Betutu memiliki nama lokal yang sangat beragam, yaitu bloso,
ikan malas, ikan bodoh (Jawa); bakut, batutuk, belutu, ikan hantu (Kalimantan);
bakut, beluru, bakutut (Sumatra); ikan hantu, batutu, ubi, ketuu, belantok
(Malaysia); pla bu sai (Thailand); ca bong twong (Vietnam); Soon hock (China); marbled goby, sand goby (nama internasional). Nama yang paling populer adalah
betutu, sekaligus digunakan sebagai nama resmi dalam dunia perikanan, bahkan
sudah menjadi nama komersilnya.
Dalam bahasa Inggris selain
disebut marble
goby juga disebut marble sleeper. Kedua nama ini merujuk pada pola-pola warna di tubuhnya yang serupa
batu pualam kemerahan dan sifat diamnya yang seperti sedang
tidur. Meskipun ikan ini jarang yang berukuran besar, namun digemari oleh
para pemancing
karena tarikannya yang kuat dan tiba-tiba.
Dalam klasifikasi ilmiah termasuk dalam Ordo Perciformes, Famili Eleotridae, dan Genus Oxyeleotris.
Famili Eleotridae sendiri terdiri
atas beberapa spesies yang morfologinya hampir mirip sehingga mesti teliti dan
cermat dalam mengindentifikasinya.
Ikan yang
malas
Ikan betutu merupakan ikan air
tawar di daerah beriklim tropis dan subtropis, menyenangi tempat yang arusnya
tenang dan agak berlumpur seperti rawa, danau atau muara sungai, kalaupun ada
arusnya tidak deras dan terlindung oleh tumbuhan air. Tempat yang banyak
tumbuhan airnya disukai sebagai tempat berlindung dan melangsungkan pemijahan. Ikan ini memiliki toleransi yang luas terhadap pH dan dapat bertahan hidup di kandungan oksigen yang rendah.
Seperti dicerminkan oleh namanya, ikan ini malas bergerak
atau berpindah tempat, dan cenderung diam saja di dasar perairan sekalipun
diusik. Bisa berjam-jam lamanya betutu hanya diam di tempatnya, tanpa bergeser
sedikitpun. Jika ada sesuatu yang menyentuh tubuhnya atau ada mangsa di
dekatnya, barulah betutu akan bergerak cepat kemudian berhenti dengan
tiba-tiba. Gerakannya kadang-kadang sulit di ikuti. Tabiat seperti itu, bisa
jadi merupakan strateginya dalam menangkap mangsa. Ia menunggu dan manakala
perutnya terasa lapar, maka disambarlah ikan-ikan kecil yang melintas di
depannya. Setelah kenyang, ia kembali berdiam lagi.
Namun pada malam hari betutu agak aktif memburu mangsanya. Jenis makanan yang disantapnya berubah dengan bertambahnya umur. Pada
stadia larva, memakan plankton nabati maupun hewani berukuran renik. Pada stadia
juvenile, memakan kutu air (daphnia, cladocera, copepoda), jentik-jentik
serangga dan rotifera. Pada stadia dewasa biasanya memakan ikan, udang dan
ketam (crustacean), siput, serta serangga air (insekta). Mangsa dalam keadaan
hidup atau segar lebih disukainya.
Bentuk tubuh ikan betutu dilihat dari atas dan dari
samping. Foto : FAO
Tubuh memanjang, bagian depan silinderis dan bagian
belakang pipih, kepala rendah dan gepeng, moncong meruncing, rahang bawah lebih
kedepan daripada rahang atas. Matanya besar menonjol keluar dan dapat
digerak-gerakkan. Tubuh berwarna kecoklatan sampai gelap dengan
bercak-bercak hitam menyebar. Bagian atas lebih gelap, sementara bagian bawahnya
terang. Tubuh bagian belakang ditandai tiga baris melintang tidak beraturan
berwarna merah. Tubuh ikan betina umumnya lebih gelap daripada ikan jantan. Sisik
sangat kecil, halus dan lembut sehingga tampak seperti tidak bersisik . Bisa
mencapai panjang maksimum 50 cm dengan bobot 7 kg.
Induk jantan dan betina cukup
mudah dibedakan, yaitu dengan mengamati alat kelamin berupa lubang genital.
Alat kelamin ikan betutu terletak di belakang lubang dubur tampak sebagai
tonjolan. Pada ikan jantan, tonjolan tersebut berbentuk segi tiga, pipih, dan
kecil, sementara pada induk betina lebih besar dan memanjang. Apabila masa
birahi tiba, ujung tonjolan tersebut menjadi berwarna kemerahan.
Ikan betutu jantan dan betina. Foto : H.B. Idris,
dkk.
Perbedaan morfologis antara betutu jantan dan betina.
Gambar : H.B. Idris, dkk.
Betutu dewasa pada umur sekitar 1 tahun dengan bobot
200-250g, namun kadang dengan bobot 150g sudah dapat bertelur. Di alam,
pasangan-pasangan siap kawin berkelompok di tempat-tempat terlindung yang
banyak tumbuhan airnya dan tersedia substrat keras disekitarnya untuk tempat
menempelkan telur. Pemijahannya tidak mengenal musim dan dapat berlangsung
sepanjang tahun, tiga sampai empat kali setahun, meningkat pada saat musim hujan.
Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi embrio dan
menetas sekitar 2-3 hari kemudian. Dalam sekali pemijahan, induk betina sanggup
melepaskan telur hingga 40.000 butir telur. Telur yang baru menetas
menghasilkan larva berukuran 3.5-4.0 mm. Pada umur 3-4 hari kuning telur
sudah terserap habis, ini merupakan masa kritis karena makanan dari luar sudah
mulai dibutuhkan.
Sulit dibudidayakan
Ikan
betutu sebenarnya merupakan
ikan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena harganya yang cukup mahal dan sudah
diekspor antara lain ke Singapura, Hongkong dan Taiwan.Ikan ini disenangi karena dagingnya
tebal, tulangnya sedikit serta rasanya gurih dan lembut. Namun usaha untuk
membudidayakan ikan ini perkembangannya sangat lambat karena adanya berbagai
kendala.
Telah dilaporkan adanya keberhasilan upaya pembenihan, namun
pada kenyataannya budidaya ikan betutu masih sangat bergantung pada sumber
benih dari alam. Meskipun fekunditas dan
penetasan ikan betutu cukup tinggi, produksi benihnya masih rendah. Hal ini
disebabkan oleh kematian selama stadia perkembangan larva dan stadia pascalarva
yang dapat mencapai lebih dari 90%. Tingkat kematian yang tinggi pada larva
ikan betutu ini disebabkan oleh sifat intrinsik yang dimiliki oleh larva itu
sendiri, yaitu ukuran tubuh dan mulut yang relatif kecil sehingga membatasi
keinampuannya memperoleh makanan
Masalah berikutnya adalah mengenai
pakan. Ikan betutu dikenal rakus, dapat
memakan mangsa seberat bobot tubuhnya setiap hari. Pakan yang
efektif untuk kegiatan budidaya berupa sumber pakan dari ikan-ikan kecil,
seperti ikan seribu, ikan guppy, dan benih ikan nila. Akan tetapi hingga saat
ini masih belum ada informasi tingkat pemberian pakan hidup yang optimal untuk
mendukung pertumbuhan dan usaha ikan betutu yang menguntungkan. Banyak
penelitian telah dilakukan untuk mencari formula alternatif pakan yang sesuai
untuk pertumbuhan ikan betutu, namun hingga saat ini belum ditemukan.
Walaupun pola makannya rakus, namun dibandingkan ikan lain yang umum dipelihara, pertumbuhan betutu termasuk
lambat. Untuk mencapai ukuran 1-2 ekor/kg membutuhkan waktu pemeliharaan 2,5
tahun. Kegiatan
pembesaran dari ukuran benih 50 gr hingga menjadi ikan konsumsi membutuhkan
waktu sekitar 8-10 bulan. Lamanya waktu dan jenis serta jumlah pakan yang
diperlukan menyebabkan sulitnya mengembangkan usaha pembesaran ikan betutu yang
menguntungkan.
Hal lain yang merugikan adalah
sifat ikan betutu yang kanibal. Sejak masih
berupa benih berukuran 2 cm (bobot 0.2g) sifat kanibal tersebut sudah mulai
tampak.
Selain rasanya
yang enak dan memanjakan lidah, mengkonsumsi ikan betutu ternyata akan memperoleh
berbagai manfaat. Yang paling terkenal dan beredar dari mulut ke mulut adalah manfaatnya untuk meningkatkan vitalitas. Hal itu dikarenakan
betutu banyak mengandung enzim dan hormon yang membantu meningkatkan vitalitas
bagi pria. Banyak pria yang merasa libidonya meningkat setelah memakan ikan
ini.
terimakasih atas infonya, jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2DEJSkI
BalasHapus